Senin, 04 April 2011

OBRAL...

3 maret 2011, mungkin tidak ada yang istimewa dengan hari ini. Hanya hari biasa di antara hari-hari yang biasa juga. Aku dan Lissa pergi belanja ke Hypermart Matos, selain untuk menyegarkan pikiran yang beberapa hari ini penuh dengan teori-teori sastra dan linguistik, juga untuk membeli barang-barang yang persediaannya perlu ditambah.

Matos hari itu sangat panas. Bukan karena AC nya mati, tapi lebih karena padatnya pengunjung yang akan berbelanja atau hanya nongkrong di pinggir pagar besi. Tak jauh beda dengan Hypermart-nya. Dengan menjinjing sebuah keranjang belanja, kami menyusuri baris demi baris etalase tinggi yang berjejer. Melewati stand-stand kosmetik hingga sabun cuci piring, sambil ngobrol tentang beberapa hal menarik yang kami temui hari itu.

Tak lama, akhirnya daftar belanjaan telah terpenuhi semua. Ya, dia memang terbiasa mencatat semua kebutuhan yang akan dibeli, setidaknya untuk mecegah adanya “kebutuhan mendadak” yang seharusnya tidak perlu dibeli. Kami kemudian menuju kasir Hypermart yang tak pernah sepi melayani pembeli. Dan karena padatnya pengunjung, kami pun harus antri.

Tiba-tiba terdengar suara sesorang melalui pengeras suara,

“OBRAL OBRAL... Roti hangat.. Dua buah dijual seharga satu saja...”

Kami pun melirik ke arah suara itu. Seorang lelaki dengan pakaian khas koki lengkap dengan celemek tampak memegang microphone. Dibelakangnya dua orang wanita mendorong sebuah etalase penuh roti bulat yang terlihat sangat hangat dan berukuran besar.

“OBRAL... Roti rasa Mexico.. Masih hangat, fresh dari oven, kami jual dengan harga miring.. beli satu dapat dua...”

Beberapa pengunjung tampak mendekat, lalu setelah menyadari bahwa peminat makin banyak, mereka kemudian berlomba satu sama lain untuk mendapatkan roti murah itu.

Aku dan Lissa tersenyum.

“Kata OBRAL adalah kata yang sangat mengandung efek magis”, kataku. Lisa tersenyum saja, sambil melihat ke arah yang sama dengan arah pandanganku.

“Ternyata gak hanya ibu-ibu, suami-suami juga ikutan tersihir,hihi ”, serunya geli.

“Ah itu kan gara-gara istrinya pada belanja yang lain, jadi suaminya yang bertindak”, balasku.

“Hmm, pasti roti itu adalah kebutuhan yang sebenarnya tidak mereka perlukan. Bukankah mereka awalnya lalu lalang saja di tempat itu, tanpa melirik ke arah stand roti. Tapi keajaiban kata ‘OBRAL’ membuat mereka rela menempatkan roti itu sebagai kebutuhan tambahan dan menggagalkan rencana penghematan”

Lisa hanya tersenyum kecil.

“Tapi rotinya besar juga lho, memang harganya berapa ?” tanyanya. Aku melirik ke arah ibu-ibu yang baru saja membeli roti itu. 12.000 rupiah !!

“Wah, untuk roti ukuran segitu, cukup murah ya..”

“Ya sudah lah, kan itu gak masuk ke daftar kebutuhan kita..”

Akhirnya tibalah giliran kami untuk dilayani kasir. Setelah membayar barang-barang tersebut, kami bergegas keluar dari toko besar itu. Dalam hati aku memuji Lissa, yang menurutku hatinya cukup teguh untuk tidak luruh dalam rayuan kata OBRAL dan mengeluarkan uang untuk membeli roti hangat tadi. Ya, kebanyakan wanita K.O. dengan kata-kata ajaib SALE, OBRAL, GRATIS, DISKON, ataupun UNDIAN. Dan hari itu Lissa membuktikan dia mampu menjaga hatinya dan menjaga rencana penghematan kami.

Lalu kami berjalan ke arah pintu keluar dari Matos. Tiba-tiba Lissa menuju ke sebuah stand penjual roti, dan membeli 2 buah roti bulat kecil. Sambil berjalan, aku bertanya harga dua buah roti itu padanya. Dia menjawab, 17 ribu. Dan aku tersenyum getir. Bukankah roti di Hypermart tadi jauh lebih besar, lebih murah, dan rasanya belum tentu tidak lebih enak dari roti kecil ini. Ah, penghematan..penghematan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar