Kamis, 17 Maret 2011

WANITA TULI DAN SUAMINYA

Disarikan dari kisah pendek karya Kahlil Gibran.

Hiduplah seorang wanita tuli namun rupawan yang menikah dengan seorang lelaki kaya raya. Hidup mereka sungguh damai dan berbahagia, karena sang suami selalu menyayangi istrinya. Dan sang istri suangguh berbahagia karena ada yang memberinya cinta sedemikian besar.

Suatu ketika, sang istri pergi berbelanja ke pasar seperti hari-hari sebelumnya. Dilihatnya iring-iringan saudagar yang membawa pakaian dan perhiasan yang sangat indah. Hatinya sungguh tergoda untuk membeli barang-barang mahal itu. Akhirnya dia berlari ke rumahnya, dan ditemuinya sang suami.

“Suamiku, aku ingin membeli pakaian dan perhiasan indah yang tadi kutemui di pasar”, ujarnya pada sang suami.

Sang suami tersenyum, sambil menatap istrinya, dia berkata,”Bila kau menginginkannya, pergilah dan belilah sebanyak yang kau mau”.

Sang istri menatap sang suami,”matahariku, izinkan aku membelinya”.

Sang suami kembali mengulang senyumnya, “Pergilah cintaku. Ambillah sebanyak kau mau”.

Sang istri terhenyak, lalu menangis,”aku tak menyangka kau begitu sayang pada hartamu. Aku hanya ingin membelinya, dan itu tak akan mengurangi banyak hartamu. Namun kau melarangku, lalu apa gunanya kekayaanmu bila tak dapat membahagiakan aku?”.

Sang suami segera menjawab,”Sayang, aku katakan pergilah. Ambillah sebanyak kau mau. Seluruh yang kumiliki hanya untukmu”. Namun sang istri terus saja menangis.

Akhirnya sang suami mengambil segenggam emas, lalu menggenggamkannya pada tangan istrinya. Istrinya menatapnya, lalu tersenyum manis. Kemudian sang istri pergi dan membeli pakaian serta perhiasan yang dia suka. Sementara sang suami belajar satu hal, bahwa jika sang istri menangis, dia harus segera menggenggamkan emas kepada kekasihnya itu. Dan itu selalu dilakukannya.

Beberapa waktu kemudian, sang istri pergi ke pasar dan bertemu seorang pemusik keliling yang berwajah rupawan. Dia jatuh cinta pada si pemusik. Namun pemusik itu hanya mampir sebentar di kota itu, kemudian berlalu ke kota yang lain. Akhirnya karena termakan rindu, dia sering menangis terisak di rumahnya. Apapun sudah tak berarti baginya, dan setiap hari dia hanya menangis. Demi melihat istrinya menangis, sang suami dengan setia menggenggamkan emas ke tangan istrinya yang masih saja tak berhenti menangis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar