Sabtu, 08 Oktober 2011

SURAT UNTUK YANG ADA DALAM TIADA

Sepucuk surat untuk yang tiada,

Tanpa tendensi apa-apa,

Tanpa kata-kata memikat rasa,

Hanya secoret tanda tangan,

Yang bertanya ‘Dimanakah anda saat malam berganti siang dan embun berceceran?’


Sepucuk surat untuk yang tiada,

Tanpa tendensi apa-apa,

Tanpa kata-kata memikat rasa,

Hanya secoret tanda tangan,

Yang bertanya ‘Apakah anda juga bersama saya atau anda hanya di angan-angan?’


Sepucuk surat untuk yang tiada,

Tanpa tendensi apa-apa,

Tanpa kata-kata memikat rasa,

Hanya secoret tanda tangan,

Yang bertanya ‘Kami bertengkar akan kebenaran, apakah anda akan memilih pijakan?’


Sepucuk surat untuk yang tiada,

Tanpa tendensi apa-apa,

Tanpa kata-kata memikat rasa,

Hanya secoret tanda tangan,

Yang bertanya ‘Kemanakah surat ini ku alamatkan? Kapankah surat ini kan kau balas?’


Sementara aku yang menunggu,

Tertembak peluru temanku sendiri,

Terperosok lubang perangkap pemimpinku,

Tertohok panah bawahanku yang primitif,

Terlindas tergilas bentuk bumi yang bulat monoton,

Dan terpasung di tengah penguasa mata angin.


Lalu kapan kau mau menolongku ?.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar