Senin, 10 Oktober 2011

MEMBACA REMBULAN

Membaca rembulan.

Sejak kecil saya selalu suka melihat rembulan yang bersinar kekuningan, tak peduli apa bentuknya. Entah sabit, setengah lingkaran, atau lingkaran penuh. Bulan adalah cermin sebuah perjalanan, yang entah mengapa berpola melingkar-bersinambungan (continuous loop). Bisa jadi malam ini bulan masih berbentuk sabit runcing, dan esok akan meneruskan perjalanannya menjadi lingkaran penuh. Namun bulan akan kembali lagi pada bentuknya malam ini, sabit runcing, suatu saat nanti. Tidak selesai pada bentuknya saat itu, bulan selalu berjalan menjadi bentuk-bentuk yang pernah dia buat. Atau pergi menghilang dari malam, seolah bosan berjalan, tapi esok dia akan berjalan lagi. Tidak pernah selesai.

Perjalanan abadi bulan menjadi kumpulan pertanyaan, sejak kapan dan hingga kapan.
Sejak kapan bulan memulai perjalanannya? Dalam bentuk yang seperti apa? Apakah bulat penuh, atau setengah penuh, atau sabit runcing?
Dan hingga kapan perjalanannya akan berakhir? Dalam bentuk apakah bentuk terakhirnya?

Lantas, dalam perjalanannya, apakah bulan tidak bosan terjebak dalam kemonotonan perjalanannya?
Apakah mungkin bulan malam ini, entah apa bentuknya, adalah bulan yang berbeda dengan kemarin? Hanya berbeda shift saja.
Ataukah dalam setiap peredarannya, bulan lupa bahwa dia pernah melewati itu semua, sehingga dengan senang hati dia kembali berjalan seperti kemarin?

Apakah perjalanan continuous loop bulan adalah perjalanan kita semua?
Lahir, berjalan, bermain, tumbuh dewasa, menikah, memiliki keturunan, lalu meninggal, dan hidup lagi untuk menuju dewasa dan meninggal lagi.

Lalu, dalam perjalanan kehidupan kita, tentang perjalanan hidup kita, apakah kita juga demikian?
Apakah kita sebenarnya dibuat menjadi lemah dan lupa bahwa kita pernah menjalani kehidupan sebelumnya?
Siapakah saya di kehidupan sebelumnya?

Sementara saya terus bertanya, rembulan terus berjalan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar